JAMSOSTEK: Tangis Partini pun Berubah Jadi Senyum

 Berita


Hari mulai pagi, Partini, 43, terbangun dari tidurnya. Jam dinding menunjukkan pukul 04.30 WIB. Partini sadar itu bukan waktu yang tepat untuk melanjutkan mimpinya. Perusahaan kain tenun tempat ia bekerja hanya memberi waktu 30 menit untuk istirahat bagi buruh yang mendapat giliran sif malam seperti dirinya saat itu. Tanpa pikir panjang, Partini bergegas meninggalkan musala perusahaan yang selama ini menjadi tempat favoritnya melepas lelah.

Pandangan mata ibu tiga anak itu masih sayup. Namun, dia harus melanjutkan pekerjaannya menenun kain. Mesin tenun masih terus berputar seolah menanti sentuhan tangan Partini. Perlahan Partini memungut karung berisi gumpalan benang yang teronggok di lantai. Tanpa sengaja, gumpalan benang dalam karung itu menyangkut komponen roda pada mesin yang tengah berputar. Partini tersentak kaget dan berusaha sekuat tenaga menarik benang tersebut. Usahanya gagal. Alih-alih mampu menarik benang, lengan kiri Partini justru ikut tertarik gumpalan benang yang menyangkut di mesin itu. Benang-benang itu justru membelit lengan kiri saya. Lengan saya terus berputar mengikuti putaran roda mesin. Saya minta tolong, tapi suara bising mesin membuat teriakan tak terdengar. Tiba-tiba terdengar suara krek pada lengan kiri saya. Seketika itu saya lemas, terjatuh dan tak sadarkan diri, kenang Partini saat ditemui Solopos.com di kediamannya di Dusun Prapatan Pakis, Desa Wadunggetas, Kecamatan Wonosari, Klaten, Rabu (7/11/2012).

Sembari menunjukkan luka bekas operasi pada lengannya, Partini melanjutkan cerita pengalaman pahit yang dialaminya pada tanggal 22 September lalu itu. Peristiwa itu tak akan pernah hilang dalam ingatannya. Kecelakaan kerja itu telah membuat tulang lengan kiri bagian atas wanita itu patah. Saya siuman setelah dibawa teman-teman ke musala. Saya terus menangis saat dibawa ke RSI Klaten untuk dioperasi. Tangis itu bukan hanya karena menahan sakit, tetapi juga karena bingung tak punya biaya untuk operasi, ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Partini sudah bekerja sebagai buruh tenun di PT Kusuma Nanda Putra di Pedan, Klaten, sejak 1995 silam. Selama sepekan bekerja, Partini hanya mendapatkan honor Rp212.000. Penghasilannya sebagai buruh tenun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah tiga anaknya. Baginya pendidikan tiga buah hatinya harus diutamakan kendati pemenuhan kebutuhan lain menjadi terbengkalai. Tidak apa-apa setiap hari makan dengan menu nasi dan sambal. Yang penting tiga anak saya bisa tetap sekolah, ungkapnya.

Suami Partini, Hardono, 44, hanya bekerja sebagai buruh serabutan. Dia tidak punya pekerjaan tetap. Sesekali dia diminta tetangga atau saudaranya menggali sumur atau memasang pompa air. Upah hasil pekerjaan itu sedikit meringankan beban hidup keluarganya. Namun tidak selamanya permintaan menggali sumur dan memasang pompa air itu datang. Kalau tidak ada permintaan menggali sumur dan memasang pompa, suami biasa cari pekerjaan lain. Kalau tidak ada pekerjaan lain ya terpaksa nganggur, paparnya.

Kebingungan Partini kian menjadi-jadi saat mengetahui total biaya operasi dan perawatan selama empat hari di rumah sakit mencapai Rp87 juta. Uang dari mana sebesar itu. Kalau utang pasti kami bingung cara mengembalikannya. Wong modal saya dan suami saja hanya tenaga.

Di tengah kebingungan mencari biaya operasi untuk menyambung kembali tulang lengan kirinya, secercah harapan muncul. Seorang teman sesama buruh mengingatkan padanya tentang jaminan kecelakaan kerja (JKK) dari PT Jamsostek. Saat itulah, Partini baru sadar dirinya sudah terdaftar sebagai peserta program Jamsostek sejak 2004 silam. Sambil menunggu kepulangan dari rumah sakit, manajemen perusahaan dibantu Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Klaten menyempatkan diri mengurus pencairan JKK dari PT Jamsostek itu. Pada awalnya, sebenarnya Partini ragu mengikuti program Jamsostek. Namun, setelah melalui proses kontemplasi yang panjang, akhirnya Partini mendaftarkan diri sebagai peserta Jamsostek. Sebagai manusia, siapa yang tahu kapan musibah akan datang. Kalau tidak ada musibah, itung-itung bisa nabung untuk hari tua, ujarnya.

Partini mengaku tidak menyangka biaya operasi dan perawatan di rumah sakit senilai Rp87 juta bakal ditanggung Jamsostek. Bahkan, wanita itu juga dibebaskan dari biaya kontrol kesehatan setiap bulan. Saat kali pertama kontrol, saya heran mengapa hingga sore hari menunggu, petugas rumah sakit tidak memberi saya nota yang harus dibayarkan. Setelah saya memberanikan bertanya, ternyata dia menjawab biaya kontrol sudah ditanggung Jamsostek. Tau begitu, saya sudah pulang dari tadi, selorohnya dengan senyum mengembang.

Selain menanggung biaya operasi dan perawatan, PT Jamsostek juga menanggung biaya transportasi dari tempat kerja ke rumah sakit. PT Jamsostek juga memberikan santunan sebagai pengganti gaji selama sebulan penuh. Kendati tidak bekerja, korban kecelakaan kerja tetap mendapatkan gaji penuh yang ditanggung Jamsostek, terang Kepala Bidang Pemasaran PT Jamsostek Cabang Klaten, Sri Sudarmadi, saat ditemui Espos di kantornya.

Sejak Januari-Oktober 2012, Jamsostek Klaten sudah menyalurkan JKK kepada 530 korban kecelakaan kerja dengan total biaya Rp1,13 miliar. Jamsostek juga sudah menyalurkan jaminan kematian (JK) kepada 62 orang senilai Rp1,23 miliar, jaminan pemeliharaan kerja (JPK) kepada 3.879 orang total senilai Rp3,36 miliar dan jaminan hari tua (JHT) kepada 3.652 orang total senilai Rp14,5 miliar. Jumlah anggaran empat jaminan itu pada tahun ini ditetapkan Rp24,7 miliar. Hingga Oktober, dana itu sudah terserap Rp20,32 miliar atau terealisasi 98,66%. Kami optimistis, sisa dana itu akan terserap pada akhir tahun 2012, tandas Sri Sudarmadi.

Dalam jangka dekat PT Jamsostek dan tiga perusahaan jaminan kesehatan lain akan bergabung dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Saat ini PT Jamsostek Cabang Klaten sudah mempersiapkan diri menyambut tranformasi ke BPJS tersebut. Sekarang kami tengah mempersiapkan pembangunan cabang baru di Boyolali. Langkah itu menjadi bagian dari persiapan tranformasi Jamsostek menjadi BPJS. Kami juga perlu menggencarkan sosialisasi program layanan Jamsostek mengingat belum banyak pekerja yang menyadari pentingnya layanan kami. Sesuai slogan kami, Jamsostek ingin menjadi pelindung pekerja dan mitra pengusaha, terang Sri Sudarmadi.

Sumber: http://www.solopos.com/2012/11/08/jamsostek-tangis-partini-pun-berubah-jadi-senyum-345845

Pencarian Terakhir:

  • kantor jamsostek boyolali